Please input your name and email

Name
Email

News

Mar 25, 2019

Harga Minyak Menguat Dipicu Sanksi AS ke Anggota OPEC

Harga minyak mentah dunia menanjak pada perdagangan Kamis (24/1), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan dipicu oleh ancaman sanksi Gedung Putih terhadap salah satu anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Venezuela. Namun, penguatan harga minyak masih terbatas oleh data tingginya stok bensin, serta peningkatan stok minyak mentah AS.

Dilansir dari Reuters, Jumat (25/1), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$0,14 menjadi US$61,28 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Imtermediate (WTI) sebesar US$0,62 menjadi US$53,24 per barel.

Pemerintah AS telah memberikan sinyal terkait pengenaan sanksi terhadap ekspor minyak mentah Venezuela. Hal itu terjadi seiring gejolak ekonomi dan politik di Venezuela. Ancaman yang dapat mengurangi pasokan itu mendongkrak harga minyak berjangka.

"(Ancaman) itu merupakan cerita besar hari ini untuk minyak," ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.

Menurut Flynn, pasar sangat memperhatikan faktor geopolitik dan hal-hal yang akan terjadi jika AS mengenakan sanksi kepada Venezuela.

Minyak di Venezuela didominasi oleh minyak mentah berat yang membutuhkan proses pengilangan mendalam. Seringkali, minyak mentah berat dicampur dengan minyak mentah ringan agar menghasilkan produk yang lebih bernilai tambah bagi pemilik kilang.

Dengan ekspor minyak Iran yang telah terhambat oleh pengenaan sanksi AS, maka berkurangnya ekspor minyak Venezuela dapat menekan pasokan global lebih besar lagi. Namun demikian, Brent dan WTI tidak terkait langsung dengan minyak Venezuela.

Perusahaan asal Swiss Petro-Logistic, dalam situs resminya, menyatakan ekspor minyak mentah dan kondensat Iran pada Desember 2018 turun tajam dari November 2018 menjadi kurang dari 1 juta barel per hari (bph) akibat pengenaan sanksi AS. Angka itu lebih rendah dari perkiraan sejumlah analis.

Kekhawatiran terhadap pasokan minyak berat terlihat nyata di pasar fisik AS di mana harga Mars Sour yang merupakan minyak mentah medium menanjak ke level tertingginya sejak awal 2011 silam.

Sementara, Badan Administrasi Informasi Energi AS mencatat harga minyak mentah berjangka terbebani oleh kenaikan tajam persediaan minyak mentah AS pekan lalu sebesar 8 juta barel. Padahal, sejumlah analis memperkirakan persediaan minyak mentah akan merosot sebesar 42 ribu barel.

Kemudian, stok bensin juga menanjak selama delapan pekan berturut-turut menjadi 259,7 juta barel, seiring penurunan permintaan bahan bakar motor selama 4 pekan terakhir sebesar 0,1 persen dari tahun lalu.

"Laporannya bersifat menekan harga (bearish), diselingi oleh kenaikan persediaan minyak mentah yang besar," imbuh Partner Again Capital Management John Kilduff.

Menurut Kilduff, permintaan bensin juga masih kurang darah. Kekhawatiran terhadap proyeksi laju perlambatan ekonomi global yang akan menyeret permintaan minyak mentah juga turut menekan harga minyak. Selain itu, investor juga khawatir terhadap perang dagang antara AS-China.

sumber: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190125070550-85-363673/harga-minyak-menguat-dipicu-sanksi-as-ke-anggota-opec

More News

Mar 25, 2019

Harga Minyak merosot, Dipicu Ekonomi Global Loyo

Harga minyak mentah dunia merosot sepanjang pekan lalu, dipicu oleh sentimen negatif proyeksi pelemahan ekonomi global. Hal itu dianggap dapat mene... Read More...
Mar 25, 2019

Jokowi: RUU Migas Harus Mampu Dorong Produksi

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menye... Read More...

Mar 25, 2019

Pertamina Turunkan Harga BBM Non Subsidi

PT Pertamina (Persero) menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi mulai Sabtu (5/1) pukul 00.00 waktu setempat.

Penurunan harg... Read More...